Selasa, Januari 15, 2013

CERPEN PIMMALI


13527793161856537675
*
Rumah panggung itu berdiri tanpa serambi balkon. Lego-lego dalam istilah Bugis.
Tak ada yang tahu persis isi pikiran Muna tentang apa yang dilihatnya setiap sore dari serambi rumah. Hanya saja, ibunya yang ia panggil Mamak mungkin yang paling berani menebak-nebak apa isi hati anak gadisnya, taulolo yang sedang gundah karena pubertas yang berkembang sejalan kelenjar jasmani.
Mamak merasa baru kemarin sore anak gadisnya itu duduk melantai dengan dua kaki ke depan dan  bubur beras putih belepotan di sekitar mulut. Kini Muna telah tumbuh dan meraba makna kedewasaan dengan sekelumit tanda tanya. Bagi Mamak itu tidak sepenuhnya menyenangkan karena sebagai taulolo, seperti kebanyakan proses pertumbuhan ke arah remaja, anaknya itu kini lebih banyak diam dan menyendiri, apalagi di waktu-waktu saat orang sangat sensitif terhadap langgam adat.
“Nak, masukko ke rumah dulu. Sudah magribmiNdak baik taulolo duduk di pintu rumah kalau jam begini.”
Muna tak menjawab. Pandangannya merambat dari daun-daun pohon kelor sampai ke puncak, hingga akhirnya terhisap ke dalam cahaya oranye yang menjauh bersama matahari, seperti tertarik ke punggung bukit Lompobattang. Ia memeluk lututnya dan sesekali mengintip kuku kakinya yang terpotong rapi dan menapak di atas anak tangga teratas. Sarung batik melipit di setinggi pinggang dan kausnya terasa makin sempit karena tekanan di bagian depan. Ia sebetulnya malas dengan perintah Mamak.
“Sebentarpi, Mak. Masih mau lihat matahari.”
“Sudah. Masuk dulu. Itu sudah azan, tidak baik kalau terus di luar.”
“Kenapa tidak baik, Mak?” Muna meninggikan nada suaranya dan sekali menoleh ke Mamaknya yang merapat di tiang pintu. “Kenapa terus pemali dan pemali alasannya. Ini sudah zaman modern, Mak. Tidak ada lagi itu yang seperti itu. Apa … apakah akan mati orang kalau duduk sendirian di depan rumah waktu magrib? Apakah rumah akan runtuh kalau kita tidak menaruh pisang dan melilit batangnya dengan sarung? Tidak juga toh?”
Timpalan itu membuat Mamak diam. Benar juga, pikirnya. Yang ia benarkan bukanlah pendapat anaknya, tapi perkiraannya sendiri bahwa Muna yang sudah taulolo ini sudah bisa melawan. Apalagi pendidikan sekolah menengah cukup membentuk pola pikir seorang anak desa tentang hal-hal yang menemaninya tumbbuh. Anak yang pintar memang berisiko membodohi orang tua, ketakutan Andi Bone yang ada sejak dulu.
“Apa yang kau cari, Nak?” Andi Bone menghela napas kemudian duduk di samping anaknya, coba menasihati dengan tutur lebih lembut.
“Dengan duduk di depan pintu begini. Gadis-gadis lain menurut kata orang tuanya dan masuk ke rumah di waktu magrib. Sedangkan kau tidak. Sebenarnya, apa yang kau tunggu? Kalau bapakmu tahu kau jadi begini …”
Ada keheningan sejenak saat angin darat mulai menuruni perbukitan dan merasuki rongga-rongga rumah panggung bertiang dua belas itu. Muna merasakan kakinya dingin. Dadanya seperti terdorong ke dalam.
“Sudah, Mak. Jangan lagi sebut-sebut namanya Bapak ….”
Gadis itu menatap lagi ujung jari kakinya, menangkup bibir lebih dalam saat kata-katanya tertahan di ujung lidah. Sementara Andi Bone menghela napas, bayang-bayang itu kembali menyeka batang ingatannya.
**
Andi Bone pada masa belianya adalah seorang primadona. Dan ia sadar betul hal itu ketika mendapati dirinya jadi sorotan setiap Maudu’ Lompo, gelar Maulid Nabi Besar di masjid kampung setiap tengah tahun. Para lelaki sengaja duduk di dekat pintu dan enggan ke depan hanya agar bisa mengintip tulolo dari sela kain pemisah saf. Andi Bone bisa sedikit berbangga karena ruas wajahnya mewakili stigma kecantikan yang selama ini melekat di benak orang-orang. Bahkan, ia merasa beruntung karena orang sekelas Ustaz Harun sekalipun berhasil dibuatnya gugup sampai tak bisa bicara di atas podium. Harun adalah pilihan singkat, dan dalam pendekatan tiga bulan yang terasa setahun, mereka memutuskan untuk saling suka.
Andi Bone tersiksa karena cintanya seperti hanya sebatas pagar rumah. Menjadi anak seorang saudagar empang tak pernah sesulit di bayangannya. Sang bapak, Haji Munawir tak sekalipun membolehkan dirinya meninggalkan pagar kecuali untuk ke masjid. Kalau Harun ingin ketemu, ia hanya berani lewat di setapak depan dan mengangguk kejauhan. Itu biasanya hanya berlangsung tak lebih dari sepuluh detik karena badik yang tergantung bersanding songkok di ruang tamu sudah cukup menegangkan untuk disorot mata dari arah jalan. Andi Bone tak merasakan manisnya pacaran yang indah kata orang-orang, hingga akhirnya menikah dengan Harun, tepat sehari setelah bapaknya pulang dari berhaji ketiga kali.
Kebiasaan Andi bone sebagai perempuan muda masih terbawa bahkan setelah ia sudah menikah. Duduk di serambi rumah dan melihat orang lalu-lalang dan dengan canggung menyapa beberapa laki-laki yang menggodanya. Saat suaminya sedang mengisi ceramah di Kampung Berang atau beberapa kampung sebelah, ia merasa bebas begitu saja duduk dan menikmati pemandangan. Nasib sial menghinggapinya, karena Abidin, haji muda yang sedikit lebih tinggi dari suaminya, diam-diam menatapnya setiap sore. Andi Bone merasa ada yang salah dengan perasaannya, bingung bercampur senang. Takut bercampur nekat. Semuanya berjalan manis sampai seminggu kemudian suaminya mengetahui permainan mata itu.
Harun mengajak Abidin beradu badik di lapangan Kampung. Apa bisa Bone, karena ia berada di posisi salah. Suaminya sudah kadung memutuskan untuk menanggalkan peci dan sarung sutra, bertelanjang dada demi harga diri. Siri’ na pacce selalu ditegakkan kalau menyangkut keutuhan keluarga. Tapi Bone salah langkah, dan Abidin memenangkan pertarungan itu. Harun jatuh bersimbah darah dan Abidin menggotong mayat lawannya itu. Andi Bone menangis sejadi-jadinya.
Andi Bone pindah kampung sepeninggal suaminya, membawa serta anaknya yang masih tiga bulan kandungan. Cerita pertarungan harga diri itu ditinggal bersama dengan lilitan kafan almarhum Ustaz Harun. Kadung membawa kesedihan, akhirnya Andi Bone melipat lidah dan mengatakan kepada anaknya bahwa sang bapak meninggal karena terjatuh dari sungai. Kepalanya mendarat di atas batu saat berusaha mencari dukun beranak.
Sejak saat itu Andi Bone tumbuh sebagai perempuan penjaga pemali. Duduk di serambi rumah adalah kutukan seumur hidup baginya.
**
Suhardi tak pernah sebahagia ini.
Ia sebentar lagi akan bertemu gadis pujaannya. Kerah bajunya ditegakkan dan minyak kemiri menghangatkan tangannya. Minyak itu sebentar lagi akan diseka dengan tangan telanjang dari sisi kiri kepala sampai tengah barisan rambut. Tujuannya jelas, arahnya sudah tercatat. Mantap sebagai nawaitu. Wajahnya cerah di cermin dan langkahnya sudah seperti akan menghadap tuan guru.
“Ardi, Minum teh dulu, Nak.”
“Ah, sebentarpi, Mak. Muna sudah menunggu. Sudahmi dulu nah, saya berangkat.”
Mamak itu hanya tergeleng-geleng. Diterimanya salim cium punggung tangan dari anak lelakinya itu, mencium balik tengah kepala dan merasakan hidungnya tak kuasa menahan aroma minyak kemiri yang menusuk, belum lagi ujung-ujung rambu yang menggelitik. Belum juga ia menghela napas, anaknya sudah menghilang keluar pintu.
Suhardi tak pernah berpikir tentang adat atau apapun. Pemali tidak ada di dalam kamus percintaannya. Saat matahari sudah bersitirahat, kini giliran ia membawa serta bulan sepanjang langkah menembus setapak. Ia seperti akan menumpahkan karung berisi ribuan bintang di depan gadis pujaannya nanti. Mungkin nanti.
Di pintu rumah tanpa serambi itu, Muna mulai menggerak-gerakkan kakinya. Lehernya pun mulai memanjang dan hatinya mulai gusar. Kalau sampai azan isya berkumandang Suhardi tidak muncul di depan pagar rumahnya, maka cap merah sudah akan ia tempelkan. Memang sulit menemukan laki-laki yang teguh pada janji, pikirnya.
Sementara itu beberapa meter jelang jalan menanjak rumah Muna, di jalan selepas hutan bambu itu, Suhardi menengadah langit seperti meminta sokongan semesta alam. Langkahnya makin pelan saat tak sadar ia menyeberang. Ia terkejut karena tiba-tiba ada cahaya terang yang mendekat padanya. Buk! Tubuh itu terpental beberapa meter dan berakhir di bawah jembatan. Tiga ruas tulang patah dan darah mengucur dari lubang telinga.
Bulan bersembunyi ke balik awan, dan pemuda itu tak melihat apa-apa lagi.
Muna mendapat kabar itu dan menjerit histeris di tangga rumahnya. Andi Bone ikut menangis saat berusaha menenangkan anaknya. Suhardi meninggal dunia dalam perjalanan ambulan yang sudah kadung terlambat datang. Pemuda pesantren itu meninggal diiringi cerita-cerita yang membuat jengah seisi rumah.
“Pemali! Pemali!” Orang-orang berbisik di acara takziyah, dan Muna tak tahan mendengarnya.
“Dengar-dengar almarhum tidak meminum teh sodoran Mamaknya. Begini akibatnya! Hii … nauzubillah.” Ibu-ibu itu tetap berbisik dan Muna semakin panas di tempat duduknya. Menangis untuk kesekian kalinya.
**
Pada akhirnya perkara pemali tetap menjadi misteri. Orang-orang hanya mengait-ngaitkan banyak tanda yang seakan-akan petunjuk berarti tentang mengapa adat dan sopan-santun harus dibawa sampai beberapa generasi.
Di sore-sore berikutnya, Muna tak lagi duduk di depan rumah jelang magrib. Bahkan saat Mamaknya, Andi Bone memutuskan membuat serambi balkon untuk rumah mereka yang lebih besar, tak ada yang mengisi sore di bidang papan itu sampai beberapa tahun berikutnya.
Muna tumbuh sebagai perempuan dewasa yang memelihara logika, meski di penghujung malam ia masih sering mencari bulan pembawa cerita cinta. Pun taulolo itu tak pernah lagi menanyakan tentang bapaknya. Mungkin karena memang ia tak ingin tahu.
*

Senin, Januari 14, 2013

ekspresi budaya "pamali/ pemmali"

sebagai salah satu sikap tutur budaya Bugis-Makassar, merupakan ungkapan yang bersifat spontan, sebagai bentuk pelarangan dengan penekanan pada kejiwaan , untuk tidak melanggar yang di pemalikan (diappemmaliang). Pemmali terkait erat dengan pappaseng , oleh pengguna bahasa / penutur, setinggi apapun pappaseng sebab merupakan nasehat hidup atau pelajaran hikmah yanglahir dari penjelajahan hidup yang disampaikan lewat karya sastra , dan merupakan salah satu nilai ekspresi budaya suku Bugis-Makassar [2] tetapi pemmali, juga sebagai sebuah pesan, memberi efek yang berbeda dengan volume pelarangan yang sangat menekan, sebab diikuti dengan sanksi (meskipun bentuknya terkadang gaib) sebagai contoh, kami paparkan seperti dibawah ini: "Pemmali pura manre nappa matinro, menre I' salompongnge". "pemmali mangngesso ase riwettu makkumpe' na ellungnge" "pemmali tawwe matinro moppang, magatti I' diwelai indo' "Enre manekko ana-ana, nasaba Mangngaribini, enrara I' setangnge" "Tempeddingi tewwe tudang riolona tange e', monroko lolo bangko" Pada masyarakat lampau sifat pemmali ini secara umum teraplikasi dengan baik sebab menjadi timbangan yang istimewa dalam mempengaruhi emosional lawan bicara (reseptor /audens) sehingga menjadi kemestian untuk tidak melakukan yang bersifat larangan(harus diindakan) meski dengan tidak rela / terpaksa mengikuti. Apakah pemmali perlu diperhatikan karena erat kaitanya dengan budaya “siri” atau budaya tutur dalam Islam[3], atau terdapat korelasi dengan hukum tertentu secara tekstual (pandangan agama Islam) ? (jika tidak diindahkan maka berdosa (bassung=kualat) dapat pula terjadi atau terkena kecelakaan- kecelakaan. Kedekatan ekspresi budaya "pamali/ pemmali", bagi masy Maros. Salah seorang tokoh masyarakat di Kab.Maros, SM Alwi Assaggaf, mengaitkanya sebagai salah satu bentuk nahwu (Ilmu Tata Bahasa Arab), sebagaimana dibawah ini. “Pemmali = kata terapan dari bahasa Arab dari kata "Fiil Madi" (kata lampau), sebab dalam perkembangan hubungan sosial dan adab kita, sesuatu yang diappemmaliang jika dilanggar lebih sering terjadi efek buruk. Seperti pada kalimat dibawah ini, "Pemmali pura Manre nappa matinro, menre I' salompongnge". (dilarang langsung tidur setelah makan, sebab ulu hatimu dapat membesar) ia lanjut mengatakan bahwa Rasullullah S.A.W mengingatkan kita untuk berjalan 40 langkah minimal setelah makan”, dan sumber lain menyampaikan,“Diappemmaliangngi gattung lipa ri ellongnge’, mate maddarai tewwe (dilarang menggantung sarung pada leher biasanya orang mati berdarah) – memadukan baju dengan sarung sebagai kostum hari-hari bagi lelaki Bugis-Makassar adalah tradisi, yang menjadi pelarangan ketika sarung itu digantung ke leher, sinyalemen keburukan ini di indikasikan oleh Andi Radja Karaen Nai’, sebagai bentuk kelemahan ketika dengan mudah musuh menarik sarung sehingga obyek penderita tersebut terjerat lehernya. Meskipun menurut Uzt. Amin, Lc.[4] "sesungguhnya, dalam syariat dan budaya Islam tidak dikenal yang namanya pemmali, dan pelarangan secara tekstual dalam masyarakat Islam hanya mengenal hukum yang terbagi kedalam tiga bagian yaitu : Halal, Samar-samar (subhat) dan Haram ", ia lanjut mengatakan " yang sedikit dekat dengan Pemmali secara substansial dalam budaya tutur kita adalah makruh, sifat hukum " taklifi" berupa pembebanan , dan tentang “ Fiil Madi” sebagai kata kerja berbentuk lampau, berimplikasi sebagai hal-hal yang sudah terjadi (dan jika terjadi hukum kausalitas –sebab pelarangan karena merusak etika kebudayaan dan tidak bertentangan dengan hukum syariat ,teranggap perlu juga diperhatikan sebab sebuah kaidah ushul fikhi “Asswodatu Muhakkamatu “ terj –adat istiadat itu bisa dijadikan suatu hukum dengan catatan sejalan dengan tujuan syariat, dalam mengurai upaya mendapatkan makna dan apresiasi karya sastra, memang setiap orang diberi kebebasan menafsirkan teks-teks sastra tersebut. Hanya, hasil penafsirannya belum tentu mencercap makna yang diinginkan secara utuh sebuah era zaman, namun inilah revitalisasi sederhana itu, Wallahu a’lam Bhisshawab. Daftar Pustaka Mabbaco, Kaimuddin, 2009, Perilaku Verbal di kab.Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian yang dibiayai oleh Dinas Pariwisata dan Budaya, no………………..Badan Kerjasama Kesenian Indonesia.

INILAH CAKAP ORANG OGIE DI TAWAU, MALAYSIA, TENTANG "PIMMALI




1. Anak peremuan di larang menyanyi di dapur, nanti lambat kawin. (yew ker lambat kawin??)
Penenrangan : Sebenarnya mak takut kalau anak perempuannya menyanyi di dapur nanti nasi hangus sebab asyik menyanyi je HeHeHe.

2. Tidak boleh duduk atas bantal nanti buntut berbisul.
Penenrangan : Ini lagi lawak HeHeHe.. Sebenarnya bukan sebab bisu tapi kan tak elok tempat kepala letak buntut.

3. Jangan potong kuku malam nanti tak boleh jadi kaya.
Penerangan : Sebenarnya takut terkena kulit bila potong kuku malam. Potong lah masa siang kan terang.

4. Jangan tider bila waktu magrib nanti jadi gila.
Penenrangan : Ini betul ke tak? HeHeHe.. Sebenarnya bukan sebab gila tapi dia orang suruh kita pergi solat magrib lagi satu waktu magrib tak elok tidur sebab waktu syaitan keluar.

5. Masa makan jangan pindah tempat nanti khawin 4 kali.
Penenrangan : Sebenarnya tak elok masa makan kita pindah-pindah tempat, tak sopan.

6. Jangan bercakap masa makan nanti mulut bau busuk.
Penerangan : lah kalau tak berus gigi memang lah mulut busuk (Dasar pengotor HuHu) buka sebab busuk lah tapi kan tak sopan tuh makan sambir bercakap. (Ha lepas makan cakap lah puas-puas tak ada pantangnya)

7. Jangan minum berdiri nanti *tut* [Sencer] panjang (kalau lelaki) lebar (kalau perempuan)
Penerangan : Sebenarnya bukan sebab bagi panjang ke bagi lebar ke tapi tak elok jugak orang nampak bila minum berdiri lagi-lagi bila di depan s'bok (peti sejuk)

8. Jangan tidur melentang (bagi perembuan) jangan tidur tiarap (bagi lelaki) nanti mak kita cepat meninggal.
Penerangan : tak deh la buka sebab mak kita cepat meninggal semua tuh dari ajal tapi sebab nanti kita bersetubuh dengan syaitan kan tak elok tuh.

9. Jangan makan kicap banyak sangat nanti anak kita jadi hitam.
Penerangan : Kicap mengandungi bahan yang tidak baik untuk kesihatan bila kerap di makan terlalu banyak.

10. Jangan tolak dagu nanti rezeki kita susah nak datang.
Penenrangan : Saya pun tak pasti ini betul ke tak. HuHu


*****
Nota Kaki : s'bok = Peti sejuk. Pantang = Pimmali (dalam bahasa bugis)





MAS UDIEN MASOGI udah bisa cakap malayu...

Berbagai Macam Pamali


Pamali atau pantangan adalah hal-hal yang sering kita dengar dari orang tua kita atau kakek/nenek kita. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan. Percaya atau tidak… terserah bagaimana anda menyikapinya.

Berpindah tempat pada waktu makan
Janganlah berpindah tempat pada waktu makan, karena kelak berakibat akan mendapat ibu tiri. Terkecuali pindah pada posisi yang lebih bagus misalnya semula makannya dilantai, kemudian pindah kemeja makan yang semestinya, kalau itu yang dilakukan kelak akan cepat mendapat pekerjaan yang lebih baik.Berselimut dengan tikarJanganlah anda berselimut dengan tikar karena kelak anda akan digulung oleh ombak jika mandi di laut.Berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor dalam hutan.Janganlah anda berteriak-teriak berkata-kata kotor pada saat berada di dalam hutan, karena anda tak lama lagi akan dimasuki roh halus jahat yang menguasai diri anda (kesurupan).Berfoto bersama dalam jumlah ganjilJanganlah berfoto dalam jumlah ganjil karena salah satu dari yang difoto akan cepat meninggal. Biasanya yang ditengah.Bangun Tidur terlalu siangJika anda bangun tidur terlalu siang hingga matahari hampir berdiri, akan berakibat segala bentuk rezeki yang akan datang akan selalu menjauh kembali.Bersin sewaktu akan bepergianAnda tidak dapat langsung berpergian baik menggunakan kendaraan atau tidak setelah bersin.Paling tidak anda menunggu beberapa menit setelah bersin lalu boleh pergi, karena kalau anda bersin langsung pergi anda akan celaka diperjalanan.Berlama-lama dikamar mandiJanganlah anda berlama-lama dikamar mandi karena akan terlihat lebih tua dari usia anda sebenarnya.Duduk dipintuAnda dilarang duduk tepat didepan pintu, karena khawatirkan ada makhluk lewat yang melewati pintu tersebut dan anda akan jatuh sakit.Gadis keramas dihari SabtuJika anda seorang gadis, janganlah anda keramas pada hari Sabtu, karena berakibat anda akan mempunyai suami penyiksaKebiasaan bersedih pada waktu hamilJanganlah selalu bersedih pada waktu hamil, karena kelak akan mendapatkan anak yang cengeng.Kebiasaan duduk di tengah pintu waktu turun hujan lebatJanganlah anda duduk ditengah pintu waktu turun hujan lebat karena suatu ketika anda dapat tersambar petir (yang sebenarnya petir tersebut, konon, mengincar setan).Kebiasaan makan asinan di malam hariJanganlah anda terbiasa makan asinan di malam hari, karena akan selalu tertimpa keresahan hati, jika ia seorang yang belum menikah akan sulit jodoh, dan jika sudah menikah ia akan sering bertengkar.Kebiasaan mengetuk ujung rokok yang akan disulut kebenda kerasJanganlah melakukan Kebiasaan mengetuk ujung rokok yang akan disulut kebenda keras, karena kelak akan selalu mengalami kekecewaan karena gagal dalam karir dan rumah tangga.Kebiasaan menggigit bibir sebelah bawahJanganlah anda selalu menggigit bibir sebelah bawah, karena kelak anda akan bernasib buruk dan rezeki seret.Kebiasaan menggigit bibir sebelah atasJanganlah menggigit bibir sebelah atas karena akan selalu banyak hutang dalam hidupKebiasaan menggigit kukuJanganlah sering menggigit kuku, karena akan mengundang nasib buruk dan pembawaan sering gugup juga akan menderita batin.Kebiasaan memutir rambutJanganlah anda memutir-mutir rambut karena kelak anda akan menjadi bahan gunjingan orang dan menjadi korban fitnah.Kebiasaan pura-pura menangisJanganlah berpura-pura menangis karena akan berakibat orang tua akan menerima musibah.Kebiasaan bersiul diwaktu malamJanganlah anda selalu bersiul diwaktu karena disaat anda tidur dimalam itu dan akan mendengar siulan yang berasal dari luar kamar anda itu adalah ulah dari makhluk halus yang merasa terganggu dengan siulan anda dan membalasnya.Kebiasaan bersiul didalam rumahJanganlah anda selalu bersiul didalam rumah, karena akan mengundang makhluk halus yang akan berbuat jahat.Kebiasaan memberi saputangan kepada kekasihJanganlah mempunyai kebiasaan memberi saputangan kepada kekasih karena kan berakibat perpisahan tiada sebab.Kebiasaan membuang nasi sisa makan, karena masih kenyangJanganlah selalu membuang nasi sisa makan, karena masih kenyang bermakna kelak selama satu tahun akan mengalami bentrokan keluarga yang beruntun.Kebiasaan makan pakai mangkukJanganlah anda selalu suka makan pakai mangkuk, karena akan sering ditinggal pergi saudara.Kebiasaan mengusap muka/wajah dengan bajuJanganlah selalu mengusap muka/wajah dengan baju karena akan selalu dibenci orang dan susah rezeki.Kebiasaan memakai baju sambil berjalanJanganlah suka, sering memakai baju sambil berjalan, karena akan berakibat cita-cita tidak akan terlaksana.Kebiasaan menyiksa anak perempuanJanganlah anda memukul atau menyiksa anak, adik, saudara perempuan karena kelak jika ia sudah menikah ia akan selalu disakiti dan disiksa oleh suaminya.Kebiasaan bernyanyi atau besiul pada waktu sedang makanJanganlah anda selalu bersiul bila sendang makan karena anda akan mengalami kegagalan dalam usaha.Kebiasaan memukul anak wanita pada pantat (bokong)Janganlah anda selalu memukul anak wanita pada pantat (bokong), karena kelak anak tersebut akan menjadi hyper sex, dan bila sudah berumah tangga akan selalu ribut dengan suaminya.Kebiasaan mencabuti bulu alis mataJanganlah suka mecabuti alis mata (khususnya wanita) karena akan menyebabkan ketidak nyamanan pada saat berhubungan intim.Kebiasaan memeluk kepala dengan kedua tanganJanganlah anda melakukan kebiasaan memeluk kepala dengan kedua tangan karena akan menjadikan diri anda kehilangan akal dan pikiran menjadi buntu, meneketehe dan dungu.Kebiasaan memeluk lutut sambil berjongkokJanganlah terbiasa memeluk lutut sambil berjongkok, karena akan berakibat selalu meneketehe pada saat menghadapi masalah dan putus asa.Memotong Kuku menurut hariJanganlah memotong kuku pada hari Minggu, karena akan mendapat bencana, demikian juga pada hari Senin, karena akan ada orang yang dengki atau irihati, selain itu hari Sabtu juga termasuk hari yang kurang baik untuk memotong kuku karena akan mendatangkan halangan atau rintangan bagi anda. Disarankan untuk memotong kuku pada hari Selasa karena akan disukai orang banyak. Hari Rabu juga termasuk hari baik karena akan membawa keselamatan dan perlindungan dari Tuhan. Hari baik yang disarankan adalah hari Kamis anda akan mendapat rezeki. Terakhir hari yang disarankan membawa kebaikan adalah hari Jum’at karena akan membuat anda disukai dan dicintai orang.Mengangkat kakisaat bertiduran (tengkurap)/melakukan kaki keatas keduanya atau satu saja, bertanda bahwa anda menginginkan menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada ibu anda.Membuka payungAnda dilarang membuka payung didalam rumah, karena akan terjadi sesuatu yang buruk dikeluarga anda.Menggunting kuku malam hariJanganlah anda menggunting kuku pada mari, karena akan membuat usia anda lebih singkat.Menyapu di malam hariJanganlah anda menyapu dimalam hari karena akan sulit untuk mencari rezeki.Menjahit kancing baju ketika baju masih dipakaiJanganlah menjahit kancing baju ketika ketika baju masih dipakai karena akan menderita penyakit yang parah dan selalu gagal dalam usaha selama 1 bulan.Menyisir rambut sambil berjalanJanganlah adan menyisir rambut sambil berjalan, karena anda akan mendapat malu di depan umum.Mandi disiang hari bolongJanganlah mandi disiang hari bolong, karena berakibat anda akan cepat tua.Makan nasi menggunakan piring kecilJanganlah anda Makan nasi menggunakan piring kecil, karena akan berakibat selama hidup akan tersisih dari keluarga.Makan disudut mejaJanganlah anda makan disudut meja, karena akan berakibat kelak anda akan dimusuhi mertua dan perkimpoiannya akan hancur.Makan otak binatangJanganlah anda memakan otak binatang khususnya untuk anak kecil, karena akan menimbulkan uban sebelum waktunya.Makan dicobek atau lumpangJanganlah anda makan dicobek atau lumpang, karena akan berakibat kelak anda akan dimusuhi mertua tanpa sebab.Makan didaun yang dilipatJanganlah Makan didaun yang dilipat, karena akan berakibat kelak kehidupan keluarga anda tidak akan harmonis.Makan selalu dengan tangan tanpa sendokJanganlah anda makan selalu dengan tangan tanpa sendok, kelak barakibat kehidupan anda menderita, bila ia seorang wanita akan menderita kanker rahim.Makan didepan pintuJanganlah anda makan didepan pintu, kelak akan berakibat sulit mendapat jodoh.Makan telur ikan terlalu banyakJanganlah makan terlalu banyak telur ikan khususnya untuk anak kecil, karena kelak akan berakibat terjangkit penyakit cacar yang membuat muka bopeng.Mengeluarkan suara ketika makanJanganlah anda mengeluarkan suara ketika sedang makan, karena akan berakibat menjadi bahan gunjingan orang lain, atau menjadi pengundang binatang buas.Makan buah pisang (jantung)Janganlah makan buah pisang (jantungnya) khususnya anak kecil, karena kelak akan berakibat sianak akan bodoh, dungu, dan bloon.Makan masakan kaki ayamJanganlah makan masakan kaki ayam khususnya anak kecil, karena kelak tulisannya akan jelek seperti cakar ayam.Makan pisang yang berada di posisi pinggir (dalam satu sisir pisang)Janganlah anda memakan pisang yang berada disisi pinggiran pada sisiran pisang, karena akan mendapat sikap selalu disisikan dalam setiap pergaulan.Makan sirih bagi wanita mudaJika anda adalah wanita janganlah anda bersirih (makan sirih), karena kelak akan berakibat saat hari pernikahan kelak akan mengalami haid/menstruasi.Menjual cuka asam pada malam hariJanganlah anda menjual cuka asam pada malam hari, karena akan berakibat pelanggan anda akan berkurang, dan selalu betengkar dengan tetangga.Menjual silet dan jarum pada malam hariJanganlah anda menjual silet dan jarum pada malam hari, karena akan berakibat toko, usaha anda akan bangkrut.Menjual garam pada malam hariJanganlah anda menjual garam pada malam hari, karena akan membawa kebangkrutan pada toko, warung, usaha anda.Menyalakan rokok bersumber api (yang sedang membuat senjata tajam)Jangan menyalakan rokok bersumber api dari bara besi yang sedang membuat senjata tajam, karena setelah jadi senjata tajam ia akan segera memakan korban jiwa.Memakai payung dalam rumahJanganlah memakai payung dalam rumah karena akan selalu kesukaran dalam hidup.Malas menghadiri undangan perkawinanJanganlah sering tak menghadiri undangan perkawinan karena akan membuat anda sulit jodoh.Makan sebelum orang tua makanJanganlah mendahului makan sebelum orang tua makan, karena akan menjadikan sulit untuk mendapat rezekiMemotong rambut malam hari di rumahJanganlah suka memotong rambut dimalam hari di rumah, karena berakitbat anda akan didatangi makhluk halus jahat dalam mimpi.Tidur disore hari menjelang magribJanganlah anda tidur disore hari menjelang magrib, karena kelak anda akan menjadi orang tak bermalu (gila).Tidur terlentang dengan tangan dikepalaJanganlah anda tidur terlentang dengan tangan menindih kening kepala anda, karena secara tidak langsung akan menyumpahi orang tua anda untuk pergi untuk selama-lamanya.Wanita muda makan masakan tunggir ayamJika anda seorang wanita muda/belum bersuami hendaknya jangan memakan tunggir ayam, karena kelak anda akan mendapatkan suami yang tidak setia dan selalu makan hati.Membersihkan telinga dimalam hariJanganlah anda membersihkan telinga dimalam hari, karena akan membawa anda kedalam kesulitan rezeki.Membuang puntung rokok yang masih panjangJangan membuang puntung rokok yang masih panjang, karena akan menjadikan ada akan kesulitan rezeki.Mandi dipantai dengan pakaian warna merah atau hijau tuaJanganlah sering, selalu memakai pakaian warna merah atau hijau dipantai karena suatu saat kelak akan dijadikan mempelai wanita atau pria oleh makhluk halus.Para gadis atau perjaka biasa membeli barang bekasJika ada gadis atau perjaka biasa membeli barang bekas kelak suatu saat akan menikah dengan janda atau duda.Jangan anda tidur dengan posisi kepala ada di sebelah utara dan kaki di sebelah selatan, karena anda akan cepat meninggal (posisi mayat yang dikubur)

Budaya Pamali Versus Kebebasan

                                                     Budaya Pamali Versus Kebebasan
  pamali! Itulah salah satu kata yang sering terlontar dari orang tua di tatar sunda bahkan pulau Jawa dan Madura yang diucapkan kepada anak-anaknya untuk menyampaikan larangan atas suatu ucapan, sikap atau tindakan yang dianggap bertentangan dengan norma atau adat serta mitos yang diyakini secara turun temurun. Sebagai contoh, di tatar sunda kita sering mendengar orang tua yang melarang anak laki-laki makan tungir ayam (bagian ekor ayam yang mengandung lemak) yang konon bila makan tungir ayam akan”ditungirkeun”(dikalahkan/dikuasai oleh istrinya) bila telah menikah. Selain contoh di atas, masih banyak aktivitas yang dihukumi sebagai sesuatu yang “pamali”.
Kata “pamali” merupakan salah satu ekspresi kebudayaan untuk menyampaikan suatu pesan larangan terhadap sesuatu. Namun sejauh ini penulis belum menemukan hasil penelitian yang mengungkapkan sejak kapan kata pamali ini ada dan dikenal serta diyakini masyarakat. Karena pada perkembangannya, setelah masuknya agama Islam kata pamali sering dijadikan sinonim dari kata haram dalam pengertian sesuatu yang dilarang oleh agama yang kemudian dianggap dosa jika dilakukan. Sehingga, hal-hal yang dikategorikan pamali yang bersumber pada adat atau keyakinan leluhur yang tidak bersumber pada agama sekalipun akan dianggap dan dikategorikan sebagai dosa manakala telah diberikan stempel pamali.
Pamali dalam perspektif budaya
Budaya didefinisikan oleh para ahli sebagai hasil cipta karya manusia dalam menunjang eksistensinya hidup di dunia. Berdasarkan definisi ini terlihat “kepentingan” dari sang pencipta agar mendapatkan sesuatu yang positif atau keuntungan bagi diri atau kelompoknya. Demikian halnya dengan kata pamali sebagai sebuah tradisi budaya lisan tidak akan terlepas dari kepentingan dari orang-orang yang mengatakan pamali untuk suatu perkara.
Di kalangan santri yang mengkaji bahasa arab, kata pamali sering dipelesetkan sebagai gabungan dari dua kata; “fama” yang artinya perkara/barang ini dan “lii” yang artinya untukku. Sehingga jika digabungkan pamali berarti perkara atau barang ini untukku. Sebagai contoh dalam kasus larangan makan tungir ayam, jika ditafsirkan maka kurang lebih “kamu jangan makan tungir ayam karena tungir ayam ini untukku”. Padahal menurut orang yang suka makan tungir, bagian belakang ayam ini merupakan salah satu makanan paling enak yang berasal dari tubuh seekor ayam karena mengandung banyak lemak.
Bila dipandang dari sejarah peradaban manusia dari jaman primitive sampai era teknologi di mana manusia semakin kritis dan logis, bisa saja kita berasumsi bahwa kata pamali sebagai tradisi budaya lisan dari para orang tua untuk melarang anaknya tanpa harus menjelaskan kenapa sesuatu itu dilarang. Hal ini terjadi karena pada umumnya masyarakat terdahulu khususnya anak-anak akan patuh dan manut - tanpa mengejar dengan pertanyaan kenapa - jika telah dikatakan pamali oleh orang tua maupun orang yang dituakan (seperti para penguasa, kiai, tokoh, dsb) sehingga dipersepsi dan dikategorikan sebagai dosa yang mengundang siksa Tuhan di akhirat nanti.
Dari kedua asumsi di atas, tetap terlihat “kepentingan” dari pengucap kata pamali dimana kedua-duanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya baik yang bersifat material seperti kasus tungir ayam maupun yang bersifat immaterial seperti halnya kesulitan memberikan penjelasan atas suatu hal yang dilarang yang kemudian mengambil jalan pintas dengan dikatakan sebagai sesuatu yang pamali.
Pamali dan Kebebasan
Jika merujuk pada pemaparan di atas, maka kata pamali merupakan alat legitimasi dari orang-orang yang berada pada level atas untuk melakukan hegemoni terhadap orang-orang yang berada di bawahnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Gramci yang mengkarakterisasikan hegemoni dalam istilah “pengaruh kultural”, tidak hanya “kepemimpinan politik dalam sebuah sistem aliansi”. Dengan demikian, kata pamali sebagai alat untuk mengkrangkeng kebebasan dan hak-hak individu dalam mengekspresikan dirinya sesuai dengan pemikiran dan keinginan masing-masing.
Di sisi lain, jika kita merujuk pada kajian agama (Islam), kebebasan merupakan salah satu ajaran penting yang ditetapkan Tuhan kepada manusia. Di dalam Alquran telah digariskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Albaqarah;256); dalam ayat lain ditegaskan untukmu agamamu dan untukku agamaku (QS. Alkaafirun;6).
Dari dua ayat ini terlihat jelas bahwa manusia bebas menentukan pilihan. Secara ekstrim dapat dikatakan, manusia bebas menentukan jalan hidupnya termasuk dalam hal beragama. Karena seandainya seluruh manusia memilih untuk durhaka pun, Tuhan tidak akan pernah rugi atau mengurangi keagungan dan kekuasaan-Nya.
Jika Tuhan memberikan kebebasan yang begitu luas, kenapa sesama manusia harus mengkrangkeng satu sama lain? Terlebih menggunakan simbol-simbol adat yang dibalut agama. Padahal Imam Ali ra berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian tidak terlahir sebagai budak ataupun pelayan. Dan sesungguhnya manusia seluruhnya adalah bebas”.
Dengan demikian, kata pamali nampaknya sudah tidak relevan lagi untuk melegitimasi kepentingan pribadi dengan melarang dan membatasi mimpi, harapan, keinginan dan pemikiran manusia yang terlahir sebagai makhluk yang merdeka. Namun bukan berarti kata pamali harus dihapus dalam “kamus” kebudayaan manusia. Kata pamali bisa digunakan untuk menyampaikan larangan atas sesuatu yang merugikan manusia lainnya seperti pamali kebut-kebutan di jalan raya, pamali merokok di tempat umum, dan pamali-pamali yang lainnya.
Wallahu a’lam.